Sabtu, 09 April 2011

Belum Bayar Uang Bangku, Siswa Lesehan

Teluk Lubuk [Pali Post],
Udara  dingin akibat hujan deras yang turun sejak semalam, tidak
menyurutkan  ketekunan Satria. Walaupun ubin yang didudukinya menusuk
tulang, ia tak peduli. Dengan duduk lesehan ia tetap tekun mengerjakan
soal-demi soal yang diberikan pengawas. Saat itu Satria bersama 121
siswa siswa SMAN 2 Gubung Megang lainnya saat itu sedang mengikuti
Ujian Akhir Sekolah di gedung  yang baru dibangun. Namun Satria tidak
seperti teman-temannya yang lain, ia duduk dengan cara lesehan.
Sementara siswa lainnya menikmati duduk bangku yang baru dan nyaman.
Satria memang dibedakan dengan siswa yang lainnya karena orang tuanya
belum membayar  uang bangku yang ditetapkan oleh pihak Komite Sekolah.
Satria tidak sendirian, masih ada 32 siswa lainnya mengalami nasib
serupa. Belum bayar uang bangku dan lesehan.
Ketika ditemui wartawan seusai ujian, Satria mmbenarkan kalau ia belum
bayar uang bangku. “lesehan pak. Wongtuo aku dak mampu bayar uang
bangku” ujarnya sambil tertunduk malu. Wajar saja ia malu, karena
secara bersamaan teman-temannya langsung menertawakan. “sebenarnya
terganggu pak, lantainya dingin, Tapi cakmano lagi. Aku nak lulus”.
Tambah Satria pelan.
Kesedihan Satria juga dialami Roliansyah, teman sekelasnya. Dengan
tersipu ia menuturkan orang tuanya tidak sanggup membayar uang bangku
yang ditetapkan sebesar Rp 188.000,-. Ketika wartawan mencoba bertanya
lebih jauh, ia mengelak. “sudahlah pak, aku malu samo kawan-kawan aku,
ketaro nian miskin” elaknya sambil berlalu menuju kelas.
Kejadian ini sendiri menuai kecaman dari orang tua siswa. Habson Kaidi
salah satu orang tua siswa yang berhasil dihubungi dapuntaOnline
menyesalkan perlakuan sekolah ini. “saya prihatin pak. Apalagi bangku
dan mejanya sudah selesai, seharusnya sekolah memberikan kepada siswa.
Kalau dibeda-bedakan seperti ini, berarti tidak sesuai dengan
keputusan rapat kemarin” ujar Habson. “kalau begini, namanya memaksa
siswa, program sekolah gratis Cuma program saja” tambahnya sambil
tertawa.
Perlakuan diskriminatif terhadap siswa SMAN 2 Gunung Megang ini tidak
ditampik oleh Kepala Sekolah Drs. Darmansyah Msi. “Bagaimana lagi dik,
mereka disuruh beli bangku tidak mau, disuruh bawa bangku dari
rumahnya juga tidak mau, yah sudah lesehan saja” jawan Darmansyah
singkat. Saat berkeliling sekolah, wartawan mendapati tumpukan kursi
dan meja di ruangan kepala sekolah, ketika hal ini ditanyakan,
Darmansyah mengatakan kalau kursi dan meja itu milik Komite Sekolah
“itu milik komite, kami dak tahu menahu. Kalau nanti diberikan ke
siswa nanti salah” jawab Darman. “kalau mau nanya-nanya langsung ke
Komite, mereka ada didalam”
Sementara Ketua Komite Sekolah, Darwis SK yang dihubungi wartawan via
telepon justru membantah kalau ia selaku komite membedakan perlakuan
kepada siswa. “saya sudah kirim 120 bangku dan meja untuk Ujian. Tidak
ada saya melarang yang belum bayar untuk lesehan” tegas Darwis. Dengan
panjang lebar Darwis menuturkan kalau uang bangku yang ditetapkan
tersebut baru terkumpul Rp 6juta dari rencana penerimaan Rp 60 juta.
“saya yang menjaminkan diri kepada tukangnya pak, tukang itu belum
dibayar. Tapi demi sekolah, agar anak-anak ujian dengan nyaman saya
terpaksa menjaminkan diri. Saya tidak ingin anak-anak seperti tahun
kemarin, 90% tidak lulus atau seperti SMK Benakat yang dua tahun tidak
punya bangku” tambahnya berapi-api.
Bahkan menurut pengusaha rumah makan ini, justru pemerintah yang tidak
beres melaksanakan program pendidikan. “Dari tahun 1996 kami
mengusulkan gedung baru ini pak, selama ini kami numpang di SMPN tapi
baru tahun ini direalisasikan pemerintah. Ketika gedung selesai,
justru bangkunya tidak ada. Ini tidak beres Pak. Tulis besar-besar
biar Alex Nurdin tahu!” tegas Darwis setengah emosi.
Anggota Komisi IV DPRD Muara Enim, Kuyung Rizal SS yang dihubungi
PaliPost juga menyesalkan carut marut SMAN 2 Gunung Megang ini.
Menurut Kuyung, kejadian ini merupakan bentuk ketidakmampuan Dinas
Pendidikan dalam menyelesaikan PR mereka. “kami sangat prihatin dengan
kejadian ini. Dinas Pendidikan tak seharusnya membiarkan hal ini
terjadi. Apalagi sampai bangku yang ada tidak diberikan karena siswa
belum bayar” ujar Kuyung. Menurut Kuyung , DPRD akan mengusut tuntas
kejadian ini.
Kepala Dinas Pendidikan Muara enim melalui Kabid dikmen, Drs Jamal
Abdul Nasser MM justru menyesalkan sikap kepala sekolah yang tidak
cepat tanggap terhadap kejadian ini, “seharusnya kepala sekolah cepat
tanggap, jangan sampai terjadi seperti ini. Tapi nanti akan saya
panggil kepala sekolahnya. Kasihan anak-anak” ujar Jamal menutup
pembicaraan.
Namun apapun yang terjadi, anak-anak SMAN 2 Gunung Megang tetap
bersemangat mengerjakan soal-soal ujiannya. Walaupun dingin ubin
menusuk tulang, mereka tetap tekun. “saya mau lulus!” seperti yang
ditekadkan Satria. (ind)

1 komentar:

© CV. PALI Intermedia